Jumat, 08 Februari 2008

Mencetak Kader Politik di Kampung

Inisiatif ARPAG untuk menyediakan kader-kader politik

Pelatihan kader rakyat untuk anggota Aliansi Rakyat Pengelola Gambut (ARPAG) telah dilakukan di 2 tempat di desa Keladan [28 s/d 29 Januari] dan Mengkatif [24 s/d 25 Januari]. Peserta berjumlah sekitar 62 orang terdiri dari 40 orang laki-laki dan 22 orang perempuan. Pesereta mewakili organisasi rakyat petani karet, himpunan petani rotan, perempuan pengrajin rotan, petani padi sawah di fasilitasi oleh Petak Danum atas kerjasama Sawit Watch Bogor. Pelatih kader arpag adalah Koesnadi Wirasapoetra dari Pengurus Pusat Sarekat Hijau Indonesia (PP-SHI) Jakarta.


Selepas dekralasi ARPAG tanggal 8 Desember 2007, menghasilkan rekomendasi politik dan kepengurusan baru sebuah organisasi rakyat yang meliputi 52 Desa, 61 organisasi rakyat tersebar di 3 Kabupaten Kota Kalimantan Tengah. Salah satu resolusi yang ditekankan adalah rakyat menggugat atas model pembangunan yang gagal di prakarasi oleh negara-negara maju yang berwatak neoliberalisme cenderung menghisap dan menindas rakyat sampai kepelosok pedesaan.

Kondisi ini, rakyat tidak bisa membiarkan, rakyat harus bergerak melawan atau diam tertindas.
Penyelenggaraan pendidikan kader rakyat yang dilakukan secara bertahap terfokus pada penguatan pemahaman dan pengelola organisasi rakyat di pedesaan. Menurut keterangan Direktur Eksekutif Petak Danum salah satu NGO yang berdomisili di Kota Kapuas Kalteng, ”bahwa training ini merupakan salah satu mandat MUBES ARPAG dalam menciptakan kader-kader rakyat ditingkat OR, karena keanggotaan ARPAG adalah OR, maka pemimpin dan anggota OR lah yang harus di training terlebih dahulu” katanya seraya optimis. Peserta pendidikan dari 7 Desa untuk angkatan pertama, untuk angkatan kedua akan melibatkan anggota di 10 desa dan seterusnya. Dalam tahun 2008, rencananya target ARPAG akan melakukan training sebanyak 240 kader rakyat di organisasi rakyat. Training akan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali. Ini merupakan mandat program 2008. Kemudian training kader dasar tetap dilakukan sampai tahun 2010 yang akan menghasilkan 1.000 kader. Kemudian kader-kader yang telah mendapat training dasar, akan mendapat training kader pengurus dan kader politik di ARPAG.

Organisasi ARPAG harus melahirkan pemimpin-pemimpin baru yang dapat melakukan pergerakan untuk perubahan yang lebih baik bagi rakyat di sekitar Gambut.
”kalau anggota ARPAG tidak memahami dan tidak mengerti landasan organisasi, maka ARPAG akan menjadi sekumpulan organisasi dan rakyat yang hanya menjadi pengrajin....” kata Sekjen ARPAG. ”Arpag akan mendorong kekuatan politik alternatif, walaupun ruang lingkupnya terbatas di kawasan gambut..”. Arpag juga sedang menguatan sistem ekonomi rakyat melalui beberapa inisiatif anggota dalam mendorong percepatan demokrasi ekonomi rakyat, melalui identifikasi potensi sda, membuka akses pasar, membangun jaringan ekonomi dan membentuk lembaga ekonomi. Lembaga-lembaga ekonomi ini salah satu kekuatan logistik arpag dalam bergerak. (kws.02/02/08)

Kamis, 07 Februari 2008

BANGKIT BERSAMA ROTAN


Dalam Penguatan Petani dan Pengrajin Rotan Dilahan Gambut Kabupaten Kapuas dan Barito Selatan

Tim Program ROTAN PETAK DANUM Kalteng

Sumberdaya rotan di wilayah gambut sangat besar. Rotan yang dikenal dengan sistem budidayanya menyumbang ekonomi daerah cukup besar sejak awal tahun 1970an. Petani dan Pengrajin rotan di wilayah gambut Kalteng cukup sejahtera hidupnya, dengan dibuktikan kesejahteraan ini adalah anak-anak petani dapat menyelesaikan sekolah ke perguruan tinggi. Rotan sebagai primadona petani dan industri saat ini sudah menjadi persoalan petani dan pengrajin, persoalan pertama; dibukanya proyek lahan gambut 1 juta hektar membawa dampak yang cukup besar terhadap kebun-kebun rotan petani, penggusuran, kebakaran kebun utamanya. Rotan hingga kini tersisa tidak banyak. Persoalan kedua, harga rotan yang terus turun yang disebabkan oleh kebijakan tata niaga rotan yang dikeluarkan pemerintah nasional. Kebijakan ini membawa dampak rendahnya harga rotan ditingkat petani, permainan pada pedagang pembeli dan situasi krisis akibat dampak PLG 1 juta hektar.


Persoalan diatas merupakan sebuah kenyataan yang ada dan diterima oleh petani dan pengrajin rotan di wilayah eks PLG 1 juta hektar. Tetapi, petani dan pengrajin tidak tinggal diam begitu saja. Segala upaya dilakukan sudah oleh petani, tetapi tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Dari apa yang sudah dilakukan, ternyata, kelemahan yang dialami, bahwa petani dan pengrajin rotan tidak memiliki sarana perjuangan yang dapat menjalankan cita-citanya. Salah satunya tidak ada organisasi petani dan pengrajin rotan, sehingga apa yang dilakukan berjalan sendiri-sendiri. Persoalan ini pula yang membuat Petak Danum memberikan perhatian besar untuk dapat memfasilitasi petani dan pengrajin rotan dalam mewujudkan harapan-harapan petani. Sehingga, dimulai awal Oktober 2007, Petak Danum ber inisiatif mendorong petani dan pengrajin rotan melalui program ROTAN PETAK DANUM.

Program ini merupakan bagian dari kesepakatan bersama dengan masyarakat atas solusi dampak proyek gambut 1 juta hektar (PLG 1 juta) di Kalimantan Tengah disekitar kawasan hutan gambut di Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Barito. Sawit bukan jawaban atas gagalnya proyek PLG 1 juta hektar. Untuk menjawab persoalan ini, maka, pengembangan kapasitas petani dan pengrajin rotan di kawasan gambut ini segera dilakukan, agar dapat menyelamatkan ekosistem hutan gambut di Kalteng.

Tujuan dari program ini adalah : Tumbuh dan berkembangnya peran serta petani dan pengrajin rotan dalam pemanfaatan serta pelestarian potensi sumberdaya rotan di ekosistem hutan gambut yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat - paska PPLG 1 juta hektar di Kalimantan Tengah.

Program ini memiliki Sasaran Utama:

1. Peningkatan kemampuan petani dan pengrajin dalam pengelolaan sumberdaya rotan sebagai bagian dari upaya pengembangan sistem perekonomian lokal.

2. Upaya pelestarian dan pemanfaatan hutan tropis berkarakter gambut melalui rehabilitasi hutan dan kebun rotan bersama petani dan pengrajin untuk keberlanjutan sumberdaya rotan.

Membangun jaringan kerja kelembagaan ekonomi petani dan pengrajin rotan.

Rangkaian kegiatan program Rotan Petak Danum:

1. pertemuan dan lokakarya perencanaan kampung,

2. pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat dan keorganisasian rakyat,

3. pembentukan jaringan kerja ekonomi masyarakat,

4. dialog dengan pemerintah dan DPRD,

5. pemutaran film, pembuatan kit informasi tentang rotan,

6. rehabilitasi lahan kebun rotan 1.000 ha (secara swadaya – kelola)

7. pendampingan lapangan.

Masyarakat yang akan terlibat sebanyak + 700 petani dan pengrajin rotan yang akan aktif dan menerima manfaat dalam proses program ini, kemudian beberapa pihak yang akan terlibat seperti : Pemerintah Kabupaten (Bappeda, Kehutanan, Perkebunan), Dinas Perindustrian, Pihak Swasta (Pelaku Bisnis Rotan), Perguruan Tinggi (Univ.Palangkaraya) dan beberapa organisasi non-Pemerintah pendukung.

(Tim Kabar Petak Danum)


Koperasi ”HINJE SIMPEI”


Sarana demokrasi ekonomi kerakyatan

Pada tanggal 23 Mei 2007, telah berdirinya sebuah sayap ekonomi bagi perjuangan masyarakat korban eks PLg 1 juta hektar di Kalimantan Tengah. Sayap ekonomi yang disepakati badan hukumnya Koperasi diberi nama Koperasi HINJE SIMPEI.


Hinje Simpei salah satu alat belajar bagi masyarakat untuk melakukan demokrasi ekonomi kerakyatan, Hinje Simpei bukan lembaga sekedar simpan pinjam keuangan bagi anggotanya, tetapi sebagai bagian sarana pendidikan ekonomi keluarga, membangun solidaritas antar masyarakat – anggota dan salah satu lembaga ekonomi rakyat yang memiliki peran cukup strategis dalam pengembangan usaha produktif anggota dan keluarganya.


Hasil rapat anggota Koperasi tanggal 8 Desember 2007, bersamaan dengan Mubes ARPAG di Kapuas, terpilih pengurus Koperasi untuk masa bakhti tahun 2007 s/d 2012. Dengan program utama koperasi Hinje Simpei adalah pendidikan bagi anggota dan keluarga koperasi untuk membangun demokrasi ekonomi kerakyatan sebagai model ekonomi berbasis rakyat. Koperasi yang memiliki anggota tersebar di 52 Desa di 4 Kabupaten (Kapuas, Pulpis dan Barito Selatan dan Palangkaraya), program tahun 2008 lebih mengutamakan pembenahan ke dalam organisasi sayap ekonomi ini, dengan membangun unit-unit pelayanan di 52 desa dan 4 wilayah Kabupaten/kota, serta pendidikan kader koperasi bagi anggota dan pengurus koperasi.


Menurut keterangan dari pengurus Hinje Simpei, bahwa masyarakat desa-desa sangat antusias ingin bergabung ke Koperasi Hinje Simpei, hampir di 52 Desa masyarakat dan keluarganya yang memiliki mata pencaharian kebun rotan, kebun karet, kolam ikan beje, petani padi sawah, kolem keramba, mencari hasil hutan non kayu dan usaha dagang sembako. Hinje Simpei diharapkan dapat mendorong kemandirian rakyat dalam pengelolaan gambut di Kalteng. (ypd)

Indikasi Biopiracy dibalik konservasi OU

Sebuah temuan laporan investigasi Biopiracy II di Indonesia


Orang asing yang datang ke wilayah kerja konservasi orang utan, sering kali mempelajari cara hidup orang utan di pedalaman hutan gambut Kalimantan tengah. Mulai dari makanannya dan beberapa dedaunan yang biasa di gunakan orang utan untuk tubuhnya agar terhindar dari gigitan serangga, nyamuk, serta ketahanan hawa dingin. Yang lebih mengejutkan, orang utan sering memakan daun tertentu ketika akan melahirkan anaknya. Menurut warga, bahwa daun tersebut memiliki khasiat sebagai pelancar (pelungsur) ketika orang utan melahirkan anak dengan selamat.

Apa yang dimaksud Biopiracy? Barang yang satu ini adalah sebuah aktivitas yang memiliki pengaruh atas hilang atau diambilnya sesuatu benda, barang tertentu disuatu yang bersifat kekayaan sumberdaya alam (tumbuhan-daun-akar-biji-dlsb, hasil kerajinan, peninggalan sejarah dlsb), wilayah atau Negara tanpa memberitahukan pemilik wilayah atau Negara dengan alasan apapun. Kata biopiracy berasal di dasari oleh kata conspiracy (persekongkolan)– dan biodiversity (keanekaragaman hayati), personal, lembaga yang secara sengaja untuk melakukan tindakan kejahatan.


Dipenghujung akhir Januari 2008, sebuah diskusi kecil dipinggiran warung desa Keladan Kacamatan mentangai Kabupaten Kapuas, sekumpulan warga kampong yang sedang mengikuti pendidikan kader politik Aliansi Rakyat Pengelola Gambut (ARPAG). Dalam diskusi tersebut, bertopik sebuah hewan yang namanya Orang Utan (OU) yang sedang diupayakan penyelamatannya oleh lembaga konservasi di Kalimantan Tengah bernama BOSF (Borneo Orang Utan Survival Foundation).

Menurut cerita salah seorang yang pernah menemani seorang peneliti dari Luar Negeri tentunya orang asing di wilayah kerja BOSF, yang berhubungan dengan orang utan, menuturkan, bahwa orang asing itu mengaku bukan orang BOSF, tetapi mendapat ijin dari BOSF untuk kegiatan penelitian di wilayah kerjanya. Mereka dari perguruan tinggi luar negeri yang juga dibiayai oleh sebuah perusahaan obat. Penelitian yang dilakukan adalah mencari beberapa tumbuhan baik daun, buah, akar yang sering dikonsumsi oleh OU. Misalnya; dedaunan yang digunakan OU untuk digosokan ke tubuhnya agar OU tidak di gigit serangga atau nyamuk, dedaunan untuk dimakan agar OU tidak merasakan hawa dingin. Selain itu ada jenis daun yang biasa digunakan OU ketika OU mau melahirkan anaknya. Menurut keterangan warga, OU itu memakan dedaunan ketika mau melahirkan sebagai pembantu melancarkan lahir. Dan beberapa dedaunan dimakan OU pada saat setelah melahirkan.

Hewan primate dalam dunia medis yang kita kenal salah satu hewan untuk uji coba jenis obat-obatan dalam mengetahui manfaat dan kegunaan serta dosis yang dipakai. Pilihan OU merupakan sangat cocok, bila OU sendiri bagian dari penemu obat-obatan tersebut dimana dalam kehidupan sehari-harinya mengkonsumsi semua jenis tanaman hutan yanag berkhasiat untuk medis. Cerita sebelumnya, ada seorang warga Dusun mengkatip di Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten Barito Selatan kalteng, pernah mengirimkan contoh buah manggis hutan kepada seorang peniliti yang pernah datang ke desanya sekitar wilayah kerja konservasi OU. Buah manggis utan ini, di menurut sumber lain, di yakini sebagai obat mencegah HIV/AID. Karena, menurut sumber lagi, HIV/AID pertama kali muncul di tularkan oleh sejenis hewan jenis primate besar di Afrika. Semenetara itu, laporan dari penduduk yang bermukim di sekitar kawasan konservasi OU, sering kali kedatangan dan melihat lalu lintas orang asing masuk ke kawasan konservasi tersebut dengan urusan penelitian OU dan hutannya. Sejak awal tahun 2004 sampai sekarang masih terus terjadi kunjungan orang asing sebagai peneliti. Sampai laporan ini dituliskan, belum ada kabar datang dari menerima buah manggis utan yang dikirim penduduk.


Pada kesempatan yang sama, aktivis local di Kota Kapuas juga menanyakan kepada Dinas dan Intansi terkait urusan hutan. Sejauhmana pengetahuan Dinas dan Instansi local mengetahui tentang para peneliti asing yang keluar masuk wilayah kerja konservasi OU? Jawabannya sangat datar, bahwa, mereka sedang melakukan penelitian OU dan upaya meneyelamatkan OU dari ancaman kepunahan. Lalu, apa saja yang diteili, jawabnya ya OU, titik. Dari jawaban ini sebagian besar aparat pemerintah daerah dan Dinas terkait tidak mengetahui secara jelas apa yang sedang terjadi di wilayah kerja konservasi OU. Apakah sedang terjadi Biopiracy terhadap sumber-sumber keanekaragaman hayati atau menggunakan Ou sebagai “kelinci” percobaan di habitatnya untuk kepentingan medis atas alasan penyelamatan musnahnya OU di Dunia.

Indikasi Biopiracy atas kekayaan sumberdaya keanekaragaman hayati di Indonesia sudah terjadi sejak awal tahun 1990. Dalam laporan pertama tahun 1998, yang ditulis dalam buku bunga rampai APKSA Kaltim, disebutkan, bahwa sejumlah peneliti asing telah melakukan “pencurian” sumber-sumber genetika Indonesia yang menggunakan kendaraan penelitian melalui lembaga-lembaga konservasi hutan di Indonesia. Perusahaan yang terlibat adalah perusahaan dari Prancis, Jepang, Amerika. Praktek ini diketahui melalui riset kehutanan secara kimia dan fisika, ketika awal 2000, dimulailah, riset primate besar sebagai bagian dari kendaraan untuk melakukan praktek biopiracy atas kekayaan genetika. Praktek ini didukung oleh sejumlah perguruan tinggi terkemuka, lembaga konservasi international besar di Indonesia. [koes/31/01/2008]